karya
CSR Expedition Assa’adah 2012

CSR Expedition Assa’adah 2012

Pesona Danau Ranu Kumbolo, 2400 mdpl

ditulis oleh: Ust. Anwar

CSR Expedition Assa’adah 2012

�Tidak akan hilang pemimpin suatu bangsa jika pemudanya masih ada yang suka masuk hutan, berpetualang di alam bebas dan mendaki gunung.�

— Henry Dunant, 1828 – 1910 —

 

Persiapan

Pendakian Puncak Mahameru kali ini adalah pendakian saya yang kedua. Pendakian pertama saya terjadi di tahun 2000, di saat saya masih aktif sebagai mahasiswa pencinta kelestarian alam di IAIN Banten. Dan setelah 12 tahun, kali ini saya dapat menyambangi serta menginjakkan kaki kembali di puncak Mahameru sebagai atap tanah Jawa.

Dalam pendakian kali ini, saya masuk dalam Tim CSR Expedition Assa�adah 2012. Ya, CSR adalah singkatan dari Cireme Semeru Rinjani. Pemilihan tiga gunung tersebut dalam ekpedisi karena ketiganya memiliki nama yang tak asing lagi dalam dunia pendakian, bahkan menjadi ikon sebagai gunung yang wajib didaki bagi seorang pendaki.

Setelah sebelumnya pendakian Cireme (3078 mdpl) sebagai gunung tertinggi di Jawa Barat dilakukan di bulan Agustus, maka pendakian Semeru (3676 mdpl) baru dapat dilakukan di bulan September. Saat libur lebaran.

Gunung Semeru masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar.

Gunung Semeru atau biasa masyarakat setempat menyebutnya sebagai Gunung Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya bernama Mahameru dan memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.

Meeting point pemberangkatan ekspedisi ini di Pondok Pesantren Assa�adah, sebagai Pondok Pesantren tempat saya dan Pak Ade Zul mengajar. Sesuai yang sudah direncanakan. Saya dan Pak Ade Zul meminta restu dari Pak Kyai, kami pun siap meluncur�. Berdua, saya dan Pak Ade Zul, mengendarai Grandmax.

Menuju Malang

Tujuan kami yang pertama adalah Ponorogo. Disana menjemput Ust. Dwi Saputro yang memang sudah menanti untuk ikut dalam pendakian ini. Perjalanan menuju Ponorogo memakan waktu19 jam.

Di rumah Dwi, kami tidak harus berlama-lama. Setelah makan siang, kami pun berangkat menuju Malang. Kali ini Dwi-lah yang membawa Grandmax. Setiba di kota Malang, kami pun menuju Pasar Tumpang. Dari kota Malang ke Pasar Tumpang, saya yang membawa mobil. Namun sesampainya kami di Pasar Tumpang, Pak Ade Zul yang membawa kuda besi ini.

Pasar Tumpang. Tak ada perubahan signifikan dengan keadaan Pasar Tumpang ketika dulu saya pernah kesini. Hanya ada penambahan beberapa Kantor Kas Bank dan ATM, itu saja� yang lainnya, sama. Lapak-lapak pedagang kaki lima berjejer mendagangkan perlengkapan penahan dingin: dari kupluk di atas kepala sampai kaos kaki.

Tampak satu truk berisi pendaki datang dan disusul tak lama kemudian dengan satu truk lagi. Penuh. Kedua truk tersebut sama-sama sarat dengan pendaki. Dan jujur saja, ini pun hal baru yang tidak ada di tahun 2000. Dahulu para pendaki Semeru dan pelancong Bromo hanya dapat menumpang mobil Jeep jenis Toyota Hardtop yang telah dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengangkut mereka. Kini ada truk yang mampu membawa 50 orang lebih dalam sekali jalan dan pastinya ongkos yang lebih murah dibanding naik Jeep. Ongkos truk 30rb sedang ongkos Jeep 50rb, begitu yang saya dengar.

 

Salju di Ranu Pane

Pak Ade Zul, memang tak salah jika beliau yang mengemudikan kuda besi ini. Jalan yang berliku dan terus menanjak membuat kaki saya seperti dipaku. Sedikit bicara. Memang kami bertiga sedikit bicara. Karena Pak Ade Zul harus diberikan konsentrasi yang lebih leluasa. Selain berliku dan menanjak, jalan menuju Ranu Pane, Desa terakhir dimana terdapat Pos Perizinan menuju Gunung Semeru adalah jalan sempit yang jika berpapasan dengan mobil yang lain mengharuskan salah satunya berhenti sejenak. Karena semua tak mau mengambil resiko masuk jurang dengan kedalaman ratusan meter.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share